Gorontalo, KABARteropongdesa.id — Dalam semangat kepedulian sosial dan keberpihakan terhadap ekonomi rakyat, Haji Suci, salah satu figur penambang rakyat yang dikenal luas di Kabupaten Pohuwato, kembali menunjukkan komitmen sosialnya melalui program “Jumat Berkah”. Pada Jumat, (25/07) kegiatan ini berlangsung di Desa Buntulia Jaya, dengan penyaluran bantuan berupa 100 sak beras, 100 bak telur, dan 300 bungkus makanan siap saji kepada masyarakat setempat.
Namun, yang membedakan aksi sosial ini dari kegiatan serupa lainnya adalah pendekatan berbasis pemberdayaan ekonomi lokal. Seluruh makanan siap saji yang dibagikan—sebanyak 300 bungkus—dibeli langsung dari pelaku UMKM kuliner di desa dan sekitarnya. Tak hanya itu, 100 sak beras ukuran 5 kilogram juga diperoleh dari pedagang beras lokal, begitu pula dengan 100 bak telur yang disuplai dari peternak dan pedagang setempat.
Langkah ini tidak hanya meringankan beban masyarakat penerima bantuan, tetapi juga membuka ruang perputaran ekonomi mikro secara langsung di tingkat akar rumput. Dalam satu gerakan, program ini menghadirkan dua manfaat sekaligus: bantuan kemanusiaan dan penguatan ekonomi komunitas.
Sejumlah warga menyambut baik inisiatif tersebut. Menurut mereka, kegiatan seperti ini mencerminkan sebuah model sosial yang ideal—tidak semata memberi, tetapi juga melibatkan dan memberdayakan. “Ini bukan sekadar bagi-bagi makanan. Kami yang biasa jualan juga dilibatkan. Ada pemasukan tambahan dan rasa dihargai,” ungkap seorang warga lokal.
Kegiatan berlangsung dengan tertib dan penuh kekeluargaan. Para penerima bantuan berasal dari berbagai latar belakang, mulai dari keluarga pra-sejahtera, ibu rumah tangga, hingga warga lansia. Tanpa protokol berlebihan, distribusi dilakukan secara langsung di lokasi yang telah disiapkan oleh tim relawan.
Program “Jumat Berkah” ini sekaligus menegaskan bahwa para pelaku tambang rakyat seperti Haji Suci bukanlah entitas yang terpisah dari denyut sosial masyarakat. Mereka adalah bagian dari komunitas, dan ketika diberi ruang serta tanggung jawab, mampu berkontribusi secara positif dalam membangun keseimbangan antara aktivitas ekonomi dan solidaritas sosial.
Di tengah tantangan struktural yang dihadapi masyarakat pedesaan—termasuk ketimpangan distribusi kesejahteraan dan tekanan ekonomi akibat fluktuasi pasar—inisiatif seperti ini menjadi titik terang. Ia menunjukkan bahwa pembangunan sosial tidak selalu harus datang dari atas, tetapi bisa tumbuh dari kesadaran kolektif dan kepedulian nyata di tingkat lokal.
“Yang paling penting, bukan hanya kami dapat bantuan. Tapi ekonomi desa juga ikut bergerak,” tutur seorang warga lainnya.
Melalui program ini, Haji Suci memberikan pesan penting: bahwa keberhasilan ekonomi tidak akan bermakna tanpa kehadiran nilai-nilai kemanusiaan dan keberpihakan terhadap rakyat kecil. Sebuah langkah sederhana namun bermakna, yang patut diapresiasi dan dijadikan inspirasi di tengah arus zaman yang kerap mengabaikan suara dari pinggiran.
Tim-Redaksi












